18 Maret 2012

NASI PUTIH MENINGKATKAN RESIKO DIABETES

Epidemi diabetes di beberapa negara Asia diduga kuat ada hubungannya dengan kebiasaan orang-orang Asia mengonsumsi nasi putih. 

Penelitian mengenai hal itu dilakukan tim peneliti dari Harvard School of Public Health. "Apa yang kami temukan adalah nasi putih meningkatkan risiko diabetes tipe dua, terutama pada populasi yang konsumsi nasi putihnya cukup tinggi seperti di Asia. Tetapi bukan cuma nasi putih yang perlu diwaspadai, namun pola makan keseluruhan," kata Qi Sun, peneliti. 

Dalam British Medical Journal, Sun dan timnya melakukan analisis empat studi yang sudah dipublikasikan. Studi-studi tersebut dilakukan di Cina, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat. Seluruh studi melibatkan 350.000 orang selama 22 tahun. Lebih dari 13.000 responden menderita diabetes tipe 2.

Pada penelitian yang dilakukan di Cina dan Jepang, keduanya adalah negara yang makanan pokoknya beras putih, risiko penduduknya terkena diabetes melitus 55 persen lebih tinggi dibandingkan negara yang konsumsi nasinya rendah. Sebagai perbandingan, risiko diabetes di Amerika Serikat dan Australia hanya 12 persen.

Responden penelitian di negara Asia rata-rata mengonsumsi nasi putih 3-4 kali dalam sehari, sedangkan orang di negara Barat hanya mengonsumsi satu sampai dua kali dalam seminggu.

Beras putih adalah jenis beras yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung mineral. Akan tetapi proses penyosohan pada beras putih menyebabkan sebagian besar mineral dan juga seratnya terbuang.

Sementara itu beras merah sebaliknya. Ia mengandung lebih banyak serat, magnesium dan vitamin. Beras ini juga memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga tidak cepat menaikkan kadar gula darah.

Salah satu kekurangan penelitian yang dilakukan Sun adalah tidak tersedia data yang detail mengenai apa yang dikonsumsi para responden selain beras. Meski begitu Sun mengatakan ada konsistensi dari keempat penelitian tersebut.

Diabetes melitus saat ini diderita sekitar 350 juga orang di seluruh dunia. Pola makan hanyalah salah satu faktor pemicu penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh memproses hormon insulin. Kurang olahraga dan obesitas juga menjadi faktor risiko penyakit ini.

SUMBER : Kompas Health dan AFP

Tidak ada komentar:

banner wiro
Photobucket